Gemuruh air yang tertumpah dari langit tiada hentinya menghiasi telinga, air yang tertumpah seakan menjadi bukti bahwa rezeki Tuhan itu tiada batasnya, lalu siapa yang membatasinya, yang membatasi adalah kita sebagai manusia berharap lebih padahal kita sudah mendapatkan begitu banyak dan berlimpahnya rezeki yang ada.
Syukur alhamdulillah bahwa saat ini kita masih diberikan nikmat sehat. Sulaeman teringat saat beberapa hari kemarin dia terbaring sakit tidak berdaya, tetapi dengan setia Markonah merawatnya dengan sepenuh hati. Sakit itu serba tidak enak, serba membuat repot orang lain oleh karenanya jagalah kesehatan dengan sungguh-sungguh kalau sudah sakit tidak hanya diri sendiri yang repot orang lain juga ikut merasakan susahnya.
Tetapi bukankah sakit itu juga sebagai penggugur dosa kita, Sulaeman menyadari masih banyak kekurangan yang belum bisa dia perbaiki, semoga nikmat sakit menjadi penggugur dosanya. Dari sakit juga Sulaeman belajar bahwa sesungguhnya adalah mahluk yang lemah, oleh karena itu kita dilarang untuk sombong dan lupa diri, merasa dirinya paling hebat dan kuat. Hanya karena sakit yang penyebabnya mahluk kecil tidak tampak oleh mata, bisa membuat tubuh kita sakit dan harus beristirahat serta mengkonsumsi obat-obatan agar tubuh kembali pulih seperti sedia kala.
Dalam hal sakit Sulaeman juga sempat merasakan rasa sakit yang luar biasa gara-gara sebutir nasi yang masuk ke giginya yang berlubang disaat dia makan, pada saat mengunyah makanan “clengg!” rasanya luar biasa sakitnya, setelah diperiksakan ke dokter gigi ternyata lubang itu sudah membuka bagian saraf gigi, jadi saat butiran nasi itu masuk dan tertekan langsung mengenai saraf tersebut.
Sungguh sebenarnya manusia diciptakan dengan sempurna oleh Sang Pencipta tetapi sebagai manusia kita dilarang sombong dan lupa diri, selalu ingat bahwa di atas langit masih ada langit yang lebih tinggi.
Kutoarjo, 19 Februari 2021
Keren kak.