Selalu saja ada air yang mengalir setiap kali Sulaeman sedang merenung, beberapa hari ini air mengalir dari kedua lubang hidungnya. Sulaeman sedikit flu, cuaca yang cepat berubah dari panas terik seketika berubah menjadi rintik pembawa kenangan mantan.
“Man, tidak merokok?” Tanya Pak Ahmad membuyarkan renungan Sulaeman.
Sebenarnya belum merenung sih, hanya sedang bersiap untuk memasuki posisi merenung.
“Tidak Pak, terima kasih.” Jawab Sulaeman.
“Kamu dulu katanya merokok Man?” Tanya Pak Ahmad lagi.
“Iya Pak, dulu saya merokok, sekarang sudah tidak.” Sahut Sulaeman sambil nyengir.
“Kok bisa Man, aku mau berhenti merokok, tetapi kok susah ya.” Curhat Pak Ahmad, sambil memonyongkan mulutnya menghisap rokok yang baru saja dia nyalakan.
“Semua itu yang penting usahanya Pak, kalau cuma niat tetapi tidak ada usaha berhenti ya sama saja bohong.”
“Kalau sudah ada usahanya nanti bisa kok Pak, pikiran kita juga bisa di kendalikan, walau kita punya niatan berhenti tetapi dipikiran masih tersimpan kenangan indah saat kita merokok ya susah Pak.”
Pak Ahmad hanya manggut-manggut lalu tiba-tiba menghilang karena jam makan siang sudah selesai dan dia kembali ke ruangannya.
Seringkali kita mempunyai niat tetapi minim usahanya, lalu dengan segera menyerah dengan kata pasrah “tidak bisa”, sebenarnya kita ini tidak bisa berubah atau tidak mau berubah karena sudah merasa nyaman dengan satu kondisi.
Seperti merokok sebenarnya para perokok itu bukan tidak bisa berhenti merokok, tetapi mereka terjebak dengan rasa nyaman yang rokok berikan. Selalu ada alasan yang menjadi penghalang keinginan mereka untuk tidak merokok, jangankan berhenti mengurangi konsumsi rokok pun mereka tidak mampu.
Sulaeman bergegas meninggalkan warung dan membatalkan renungannya karena obrolan Pak Ahmad yang membuyarkan jadwal renungan Sulaeman.
***
Kisah memoar ini bercerita tentang tokoh Sulaeman dan Markonah dalam menjalani keseharian mereka. Memoar adalah cerita non-fiksi yang berlatar masa lalu penulis selama periode tertentu dalam hidupnya.