Fiksi kilat (flash fiction) adalah karya fiksi yang sangat singkat dan ringkas. Fiksi kilat biasanya dibatasi jumlah kata yang ketat, dengan tujuan menceritakan sebuah cerita dengan kata-kata sesedikit mungkin.
Flash Fiction “Pacar Baru Rena”
Sudah sepekan ini kamu selalu saja sibuk dengan handphone mu. Mulai dari sms, bbm, sampai telpon, entah apa yang sebenarnya kamu bicarakan dengan seseorang yang ada di ujung telpon itu, dan aku pun tidak pernah tahu dengan siapa sebenarnya kamu berbicara.
Pernah aku bertanya kepada mu tentang siapa yang ada di ujung sana, hanya “bukan siapa-siapa” dan “bukan urusan mu” yang menjadi jawaban dari mu. Sembari berlalu pergi meninggalkan beribu tanda tanya dan rasa jengkel di hati.
Ini memang kali pertama setelah dua tahun kita berpacaran, tidak pernah sedikitpun aku melukai hati mu selama dua tahun ini. Semua baik-baik saja bahkan orang tua kita pun sudah ingin segera melihat kedua anaknya menjalani hubungan yang serius, tidak hanya sebatas pacaran tapi mulai masuk kejenjang pernikahan. Tapi kamu tidak pernah memberi jawaban yang jelas tentang tentang semua itu, seperti sebuah kata-kata yang mengambang di awan, menunggu jatuh atau hilang terbawa air hujan.
Siang ini kutemukan kamu di bangku pojok kantin Bu Surip, seperti biasa tempat itu adalah tempat favorit kita, bangku pojok, tempat yang aman disaat kantin penuh sesak karena tidak akan tergeser-geser dan disini kita biasa ngobrol panjang lebar tanpa merasa was-was kalau ada yang ikut nguping obrolan-obrolan kita.
Dan masih saja kamu sibuk dengan handphone mu, sepertinya obrolanmu asik sekali dengan seseorang yang ada diujung telpon sana, kamu bahkan tidak menyadari kalau aku sudah duduk disampingmu, sedikit mendengar obrolanmu, dan ada rasa cemburu yang merasuki hati dan pikiranku.
“Siapa Na ?, orang yang biasa nelpon kamu ?” tanya ku.
“Mas, ga’ usah banyak tanyalah, ini privasi ku” jawab mu ketus.
“sudah Mas, aku mau kembali kekantor” sahut mu lagi sambil pergi meninggalkan sejuta tanda tanya di bangku pojok kantin bu surip.
Aku tidak mengejarmu, atau memanggil namamu, karena aku tak ingin ada kegaduhan di kantin ini, aku tidak mau ada puluhan pasang mata yang melihat penuh tanya, biarlah seperti ini, toh nanti aku bisa menelpon mu, atau aku ke rumah mu malam nanti.
***
Sampai sore ini pun aku belum beranjak untuk menelpon mu atau pun menanyakan tentang apa yang terjadi siang tadi di kantin. Beribu tanya menjejali pikiranku, kesabaranku sedang diuji, aku tidak tahu lagi apa yang harus aku perbuat. Atau aku akhiri saja hubungan ini, biar aku tidak melihatmu lagi sibuk dengan handphone mu, agar aku tak teracuhkan lagi oleh mu.
Dering pesan masuk di handphone ku membuyarkan lamunanku sesaat,
“Mas Delon apa kabar? Nanti malam ada acara ga’ ? Ketemuan di cafe biasa ya, aku tunggu. Lama ga’ curhat-curhatan sama Mas Delon. – Dinda -”
Dinda, tumben dia ngajak ketemuan, dinda adik kelas ku waktu sma, dan kebetulan juga dia teman kuliah Rena. Waktu sma kami memang teman dekat, karena sama-sama aktif di oraganisasi kesiswaan yang ada di sekolah kami dulu. Saat lulus sma aku harus pindah keluar kota karena ayah dipindah tugaskan ke kota lain.
Aku penuhi undangan dinda malam ini, hitung-hitung refresing nyari teman curhat juga. Saat aku sampai di cafe, Dinda sudah ada disana,
“Maaf Din, aku terlambat.” Sapa ku.
“Tidak apa-apa mas aku juga baru saja sampai kok. Lho kok sendiri ? tumben Rena ga’ ikut ?” balas Dinda.
“Iya nih Din, biasa lah… lagi tidak sehati, he he he” jawab ku
Kami pun asik bercerita tentang kisah masing-masing, sampai akhirnya aku harus mengungkapkan masalah yang sedang melanda hubungan ku dengan Rena. Hasil yang aku dapatkan dari cerita Dinda tentang masa lalu Rena adalah bahwa Rena dulu juga pernah punya pacar, dan mereka pun menjalin hubungan yang cukup lama hampir tiga tahun dan akhirnya putus karena Rena yang memutuskan hubungan itu, padahal sang cowok ingin menjalin hubungan yang serius dengan Rena. Aku berharap semoga hubungan ini tidak berakhir seperti itu.
***
Sudah dua hari dan kami tidak saling berkomunikasi sama sekali, tidak ada sedikitpun sinyal dari mu untuk menghubungi ku, aku pun entah mengapa merasa berat untuk sekedar menulis “hai” dan mengirimnya, dan selalu saja ku urungkan niatku untuk sekedar memencet “call” saat ku sorot nama mu di phonebook ku.
Telpon ku berdering “Rena”, tanpa pikir panjang kuangkat telpon itu,
“Halo, Assalamuallaikum ? ada apa Na ?” sapa ku.
“Waalaikumsallam, Mas Delon, Sedang sibuk ga’ Mas ?” jawab Rena.
“Enggak Na, gimana ?” sahut ku.
“Mas, aku mau ngomong sama Mas, aku mau minta maaf atas apa yang telah terjadi beberapa hari ini” jawab Rena dari seberang sana.
“Dan maaf Mas, Rena harus mengakhiri semua ini, mengakhiri hubungan kita, aku ga’ ingin menyakiti Mas, semoga Mas Delon bisa menemukan seseorang yang lebih baik dari Rena”
“Maksud mu kita putus Na ? setelah dua tahun kita bersama Na ?” tanya ku mencoba memastikan lagi.
“Iya Mas, Maaf….”
“Na…..” telpon di putus dari seberang sana, tanpa menunggu pertanyaan-pertanyaan yang menggantung dipikiran ku.
Sesaat aku merasa bagai tersambar petir di siang bolong, semua terjadi begitu saja dan sangat mengejutkan, aku masih belum habis pikir mengapa bisa seperti ini, apakah semua harus berakhir begitu saja, haruskah aku menelpon balik Rena dan meminta penjelasan sejelas-jelasnya tentang semua ini.
Handphone ku kembali berdering, sebuah pesan masuk di bbm ku, dari Dinda.
“Mas, ada berita buruk nih, aku lihat Rena sedang jalan di mall, dengan seseorang dan mesra sekali. Apa mungkin itu pacar baru Rena Mas ? ”
“Hubungan Mas Delon dengan Rena masih baik-baik saja kan ?”
“Cuman ada sesuatu yang complicated Mas, aku ga’ bisa ngomong, mending Mas lihat sendiri fotonya ya”
Ku buka foto yang dikirim Dinda, dari foto pertama dan kedua, kulihat dengan seksama, iya itu kamu Na, dengan seseorang kelihatan mesra sekali, dia memang lebih tinggi dari aku, kulitnya lebih bersih, cara berpakaiannya juga sangat rapi dan maskulin, mungkin dia memang mempunyai kelebihan di banding aku Na. Ada apa denganmu Na ?, sepintas dia memang cowok yang keren dan punya kelebihan bila dibanding dengan aku, setiap orang yang hanya melihat sepintas pasti juga berpikiran sama dengan ku, tapi dia seorang wanita Na, sama sepertimu.
Referensi,